Kamis, 19 Juni 2014

Bab II Cabang-Cabang Filsafat, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat

Bab II
Cabang-Cabang Filsafat

Filsafat bertanya tentang seluruh kenyataan sekaligus yang menjadi titik fokus penyelidikan kita. Filsafat terlalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu tertentu: filsafat tentang manusia, filsafat alam, filsafat kebudayaan, filsafat seni, filsafat agama, filsafat bahasa, filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat pengetahuan dst. Semua jenis "filsafat tentang" suatu obyek tertentu dapat dikembalikan lagi kepada empat bidang induk, seperti kelihatan dalam skema ini:

Filsafat dapat dibagikan atas:

(1) Filsafat tentang pengetahuan: 1.1 epistemologi (¢1)
1.2 logika (¢2)
1.3 kritik ilmu-ilmu (¢3)

(2) Filsafat tentang keseluruhan kenyataan:
2.1 metafisika umum (atau ontologi) (¢4)
2.2 metafisika khusus:
2.21 teologi metafisik (¢5)
2.22 antropologi (¢6)
2.23 kosmologi (¢7)

(3) Filsafat tentang tindakan:
3.1 etika (¢8)
3.2 estetika (¢9)

(4) Sejarah filsafat (¢10)

(bersambung)

Pesan Alfred Hitchcock, Misteri Danau Siluman

Pesan Alfred Hitchcock

Bangkai kapal kuno! Harta karun bajak laut! Kota mati! Pulau siluman! Jupiter Jones, penyelidik.remaja dengan seribu akal itu kembali berhasil menyentuh titik lemahku. Mana mungkin aku tidak mau menulis kata pendahuluan untuk kisah yang mengandung hal-hal yang begitu merangsang rasa ingin tahu?

Jadi sekali lagi kuajak kalian yang menggemari kisah-kisah petualangan, untuk bersamaku menyimak pengalaman terbaru mereka. Tapi hati-hati--karena misteri dan bahaya mengintai! Siapapun yang mengiringi Trio Detektif ke Danau Siluman, perlu bersikap waspada!

Di antara kalian mungkin ada, yang masih juga belum mengenal Trio Detektif. Untuk para remaja yang malang ini baiklah kukatakan bahwa pemimpin mereka bernama Jupiter Jones. Remaja yang tak bisa dibilang langsing ini sangat cerdas otaknya. Bahkan kadang-kadang terlalu cerdas, menurut pendapatku! Penyelidik Dua bernama Peter Crenshaw. Anak itu jangkung dan kekar. Sedang Bob Andrews bertubuh kecil, tapi gigih. Tugas utamanya di bidang riset dan pencatatan.

Ketiga remaja ini bertempat tinggal di Rocky Beach, yang letaknya hanya beberapa mil di sebelah utara Hollywood. Mereka memiliki kantor, di sebuah karavan yang sudah tidak dipakai lagi. Karavan yg dirubah menjadi kantor itu tersembunyi di Jones Salvage Yard, milik paman dan bibi Jupiter. Dengan bermarkas di tempat tersembunyi itu mereka beraksi, menghadapi penjahat-penjahat licin, serta menyelidiki.berbagai teka-teki misterius.

Tapi kini mereka menghadapi teka-teki yang umurnya lebih dari seabad. Akan berhasilkah trio tangguh kita memecahkannya? Rahasia apakah yang tersimpan di dalam surat yang sudah kuning kertasnya, serta di dalam buku harian seorang pelaut yang sudah lama meninggal dunia? Betulkah ada harta karun bajak laut dibawa lari malam-malam dari sebuah kapal layar yang hampir kalam dilanda badai? dan siapakah orang-orang yang mengintai Jupiter dan kedua rekannya?

Akankah berhasil ketiga penyelidik gigih itu mengetahui makna pesan orang yang sudah mati, serta menemukan rahasia Danau Siluman? Dan andaikan bisa -- apakah tidak terlambat?

Kita ikuti saja bersama-sama laporan petualangan mereka! Selamat Merinding!

Alfred Hitchcock

Rabu, 18 Juni 2014

Lahirnya Pancasila Pidato Bung Karno 1 Juni 1945

LAHIRNYA PANCASILA

Pidato Ir. Soekarno
1 Juni 1945

PADUKA Tuan Ketua yang mulia!

SESUDAH tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu-Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.

MAAF, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: Philosofische grondslag daripada Indonesia Merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberitahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan "merdeka".

MERDEKA buat saya ialah: political independence, politieke onafhankelijkheid, apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid?

TUAN-TUAN sekalian!

DENGAN terus-terang saja, saya berkata: Tatkala Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya di dalam hati banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang--saya katakan di dalam bahasa asing, maafkan perkataan ini--"zwaarwichtig" akan perkara yang kecil-kecil. "zwaarwichtig" sampai--kata orang Jawa--"jelimet". Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai jelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan.

TUAN-TUAN yang terhormat!

LIHATLAH di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu! Bnayak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya? samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jerman merdeka, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya!

ALANGKAH bedanya isi itu! Jikalau kita berkata: "Sebelum negara merdeka, maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai jelimet! Maka saya bertanya kepada Tuan-Tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% rakyatnya terdiri dari kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu?"

BACALAH buku Armstrong yang menceritakan tentang Ibn Saud! Di situ ternyata, bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu! Toh Saudi Arabia merdeka!

LIHATLAH pula--jikalau Tuan-Tuan kehendaki contoh yang lebih hebat--Soviet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan negara Soviet, adakah rakyat Soviet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia adalah rakyat musik yang lebih dari 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, Tuan-Tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Soviet itu. Dan kita sekarang di sini mau mendirikan Indonesia Merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan!

(bersambung)

Daftar Isi, Misteri Danau Siluman

Daftar Isi novel "Misteri Danau Siluman":

Pesan Alfred Hitchcock

1. Peti Antik
2. Bahaya Masa Silam dan Sekarang
3. Bangkai Argyll Queen
4. Buku Harian yang Satu Lagi
5. Diserang!
6. Suara dari Masa Silam
7. Kota Hantu!
8. Diselamatkan Hantu
9. Cahaya Misterius
10. Hantu Siluman
11. Orang yang Tak Diundang
12. Bahaya Baru
13. Pengejaran
14. Lagi-lagi Java Jim
15. Terlanjur
16. Bunyi Mencurigakan
17. Petunjuk Terakhir
18. Jupiter Tahu!
19. Pemecahan Teka-teki
20. Rahasia Hantu Siluman
21. Harta Karun dari Argyll Queen
22. Alfred Hitchcock Mengucapkan Selamat

Selasa, 17 Juni 2014

Buku "Well Loved Tales-Chicken Licken"

Buku "Chicken Licken" ini milik sepupuku, Niken Hapsari. Buku ini mulai diterbitkan tahun 1969. Buku ini adalah serial cerita bergambar berbahasa Inggris, mungkin untuk anak-anak. Berikut capture-nya, semoga bermanfaat. Merdeka!
Delfaji Amardika
CHICKEN LICKEN
Once upon a time there was a little chicken called Chicken Licken.
One day an acorn fell from a tree an hit Chicken Licken on the head.
Chicken Licken thought that the sky was falling down.
So he ran off to tell the King.
On the way, Chicken Licken met Henny Penny.

"Good morning, Chicken Licken," said Henny Penny. "Where are you going in such a hurry?"
"Oh! Henny Penny!" said Chicken Licken. "The sky is falling down and I'm on my way to tell the King."

"Then I'd better go with you," Said Henny Penny.
So Chicken Licken and Henny Penny hurried on, to tell the King that the sky was falling down.
On the way, Chicken Licken and Henny Penny met Cocky Locky.

"Good morning, Chicken Licken," said Cocky Locky. "Where are you two going in such a hurry?"
"Oh! Cocky Locky!" said Chiken Licken. "The sky is falling down and we are on our way to tell the King."

"Then I'd better go with you," said Cocky Locky.
So Chicken Licken, Henny Penny and Cocky Locky hurried on, to tell the King that the sky was falling down.
On the way, Chicken Licken, Henny Penny and Cocky Locky met Ducky Lucky.

"Good morning, Chicken Licken," said Ducky Lucky. "Where are you all going in such a hurry?"
"Oh! Ducky Lucky!" said Chicken Licken. "The sky is falling down and we are on our way to tell the King."

"Then I'd better go with you," said Ducky Lucky.
So Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky and Ducky Lucky hurried on, to tell the King that the sky was falling down.
On the way, Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky and Ducky Lucky met Drakey Lakey.

"Good morning, Chicken Licken," said Drakey Lakey. "Where are you all going in such a hurry?"
"Oh! Drakey Lakey!" said Chicken Licken. "The sky is falling down and we are on our way to tell the King."

"Then I'd better go with you," said Drakey Lakey.
So Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky, Ducky Lucky and Drakey Lakey hurried on, to tell the King that the sky was falling down.
On the way, Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky, Ducky Lucky and Drakey Lakey met Goosey Loosey.

"Good morning, Chicken Licken," said Goosey Loosey. "Where are you all going in such a hurry?"
"Oh! Goosey Loosey!" said Chicken Licken. "The sky is falling down and we are on our way to tell the King."

"Then I'd better go with you," said Goosey Loosey.
So Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky, Ducky Lucky, Drakey Lakey and Goosey Loosey hurried on, to tell the King that the sky was falling down.
On the way, Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky, Ducky Lucky, Drakey Lakey and Goosey Loosey met Turkey Lurkey.

"Good morning, Chicken Licken," said Turkey Lurkey. "Where are you all going in such a hurry?"
"Oh! Turkey Lurkey!" said Chicken Licken. "The sky is falling down and we are on our way to tell the King."

"Then I'd better go with you," said Turkey Lurkey.
So Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky, Ducky Lucky, Drakey Lakey, Goosey Loosey and Turkey Lurkey hurried on, to tell the King that the sky was falling down.
On the way, Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky, Ducky Lucky, Drakey Lakey, Goosey Loosey and Turkey Lurkey met Foxy Loxy.

"Good morning, Chicken Licken," said Foxy Loxy. "Where are you all going in such a hurry?"
"Oh! Foxy Loxy!" said Chicken Licken. "The sky is falling down and we are on our way to tell the King."

"I know where to find the King," said Foxy Loxy. "You had better all follow me."
So Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky, Ducky Lucky, Drakey Lakey, Goosey Loosey, and Turkey Lurkey followed Foxy Loxy.

Foxy Loxy led them straight into his den, where his wife and their little foxes were waiting for their dinners.
Then the foxes ate Chicken Licken, Henny Penny, Cocky Locky Ducky Lucky, Drakey Lakey, Goosey Loosey and Turkey Lurkey for their dinners.

So Chicken Licken never found the King to tell him that he thought the sky was falling down.

Daftar Isi, Babad Tanah Jawi

DAFTAR ISI "BABAD TANAH JAWI":

Asal muasal Tanah Jawa

Prabu Watu-Gunung dari Negeri Giling-Wesi

Siyung Wanara

Majapahit

Sunan Giri dan Sunan Bonang

Sunan Kalijaga

Raden Patah dan Raden Husen

Jaka Tarub

Runtuhnya Majapahit

Keris Sunan Bonang

Pernikahan Lembu Peteng dan Retna Nawangsih

Jaka Tingkir

Kyai Ageng Sela Menangkap Petir

Sultan Pajang

Arya Penangsang

Awal Permulaan Mataram

Senopati ing Alaga Menantang Sultan Pajang

Senopati Bertemu dengan Ratu Kidul

Utusan Pajang Datang ke Mataram

Kisah Raden Pabelan yang Tampan

Wafatnya Sultan Pajang

Jatuhnya Pajang

Raden Rangga yang Sakti

Mataram menaklukkan Madiun

Panembahan Senopati Wafat

Pangeran Adipati Anom menjadi Raja di Mataram

Sultan Agung Bertahta di Mataram

Taktik Mataram menaklukkan Wirasaba

Mataram Diserang Musuh dari Timur

Mataram Menyerang Balik ke Timur

Pemberontakan Pati

Pangeran Pekik

Sultan Agung Menyerang Jakarta

Mataram Menaklukkan Blambangan

Wafatnya Sultan Agung

Pangeran Alit Memberontak

Terbunuhnya Pangeran Silarong

Kisah Ratu Malang

Riwayat Sang Prabu terhadap Adipati Anom

Kisah Cinta Adipati Anom dan Rara Oyi yang Jelita

Truna Jaya

Truna Jaya Menyerang Mataram

Raja Mataram Merencanakan Pembalasan

Adipati Anom Meminta Bantuan Belanda

Kraeng Galengseng Membelot

Tewasnya Marta Laya

Kompeni Menyerbu Truna Jaya

Sesumbar Truna Jaya

Truna Jaya Menyerah

Ulama Giri Menolak Raja

Negara Karta Sura

Untung Anak Kapten Mur

Kisah Marta Pura

Lenyapnya Panembahan Rama

Liciknya Naya Truna

Gugurnya Raden Demang di Pasuruan

Pernikahan Pangeran Adipati Anom

Karta Sura Terkena Musibah

Surya Putra

Raden Ayu Adipati Anom Menyingkir ke Pugeran

Dendam Raden Sukra

Siasat Menghadapi Belanda

Prabu Mangkurat Mangkat

Kompeni Mengirim Tenung

Pangeran Puger Memberontak

Kebesaran Hati Ki Marta Yuda

Penyerbuan Karta Sura Dimulai

Karta Sura Jatuh

Pelarian Sunan Mangkurat Mas

Pasuruan Jatuh

Sunan Kendang Tertipu

Matinya Adipati Jangrana

Ki Jaya Puspita Menolak Sowan ke Karta Sura

Karta Sura dan Sura-Baya

Dewa Ketut Menyerbu Madura

Wafatnya Prabu Karta Sura

Pangeran Blitar Melawan

Pangeran Pancawati

Mataram Diserbu Kompeni

Sang Prabu Mengampuni Patih Cakra Jaya

Pangeran Purbaya Mundur dari Mataram

Sedikit Penjelasan, Sejarah Perjuangan Pattimura

Sedikit Penjelasan

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan untuk mencapai sesuatu cara yang praktis, maka buku-buku yang diterbitkan sebelum tahun 1910 (tarich Masehi) dan yang merupakan pegangan untuk memperkuat apa yang tertulis dalam buku ini, tidak diumumkan nama-namanya, melainkan cukup nama-nama pengarangnya saja. Jadi manakala pembaca dalam buku ini misalnya saja jumpai tulisan "Rumphius jilid I muka 31" dalam sesuatu noot (lihat halaman 17 dalam buku ini), maka dengan tulisan tersebut dimaksudkan buku yang bernama "De Ambonsche geschiedenis" yang dikarang oleh Rumphius (1678).

Begitu juga manakala pembaca misalnya jumpai tulisan "Verhuel jilid I dan sebagainya", maka yang dimaksudkan buku yang bernama "Herinneringen van een reis naar de Oost Indien" karangan Verhuel (1835 dan 1836). Pembaca tentu mengerti bahwa pengumuman nama-nama dari buku-buku tersebut berulang-ulang kali dalam suatu noot (catatan) adalah sangat tidak praktis dan kurang menghemat kertas.

Selanjutnya pembaca akan jumpai juga nama-nama seperti:

1. Martin (1893 dan 1894) ialah pengarang buku yang bernama "Reizen in de Molukken" (Pengarang Martin ini jangan dikelirukan dengan salah seorang pegawai tinggi bangsa Inggris yang pernah berkuasa pada tahun 1817 di Maluku dan yang juga bernama Martin).

2. Boelen M. ialah pengarang "De opstand in de Molukken in 1817" termuat dalam "De Gids" tahun 1903 jilid IV halaman 241-287.

3. W.A. Van Rees (1870) ialah pengarang buku yang bernama "Vermeulen Krieger, Tafereelen uit het Indische Krijgsleven".

4. Strudiek ialah pengarang "Rapport Porto" yang bertanggal 17 Nopember 1817.

Manakala dalam pasal-pasal yang terssbut dalam buku ini pembaca jumpai dalam sesuatu noot atau antara baris kurung buku-buku yang namanya diumumkan seluruhnya di samping nama pengarangnya, maka itulah buku-buku dari penerbitan sesudah tahun 1910.

Sekianlah untuk ketahuan para pembaca yang budiman.

Pendahuluan pada cetakan ke II

Dengan diterbitkannya buku "Sejarah Perjuangan Pattimura, Pahlawan Indonesia" cetakan ke II ini, maka kami berharap semua nama-nama Pahlawan Tanah Air kita khususnya, nama Pahlawan Pattimura akan bertambah terkenal di seluruh pelosok Indonesia dan penghormatan kepada para Pahlawan tadi akan tetap diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang nyata dan yang mengandung sifat-sifat patriotisme untuk kejayaan dan kebahagiaan Nusa dan Bangsa Indonesia seluruhnya.

Dalam hubungan ini kamipun tak lupa mengucapkan berlipat ganda terima kasih kepada Bapak Kepala Bagian Naskah dan Majalah dari Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan yang telah memberi petunjuk-petunjuk yang berguna dan berharga bagi kami dalam usaha kami untuk menyempurnakan isi buku ini.

Dengan senang hati kami bersedia menerima semua kecaman yang bersifat membangun (opbouwend) dan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ambon, 5 April 1955

38 Perjalanan Mengelilingi Edom, Sejarah Para Nabi 2

Ini buku dibeli ayahku tapi sepertinya agak salah beli, kata "agak" betul-betul ditekankan, karena tidak sepenuhnya salah kalau itu sebagai penambah wawasan sejarah. Berikut aku ketikkan kembali untuk kalian semua. Semoga bermanfaat. Merdeka!

Delfaji Amardika

38
Perjalanan Mengelilingi Edom

Perkemahan Israel di Kades tidak jauh dari perbatasan Edom, baik Musa dan orang banyak ingin mengikuti jalan melalui negeri ini ke Tanah Perjanjian; oleh karena itu mereka mengirim suatu kabar, sebagaimana yang diperintahkan Allah, kepada raja Edom:

"Kata saudaramu Israel demikian ini: Engkau mengetahui akan segala kesukaran yang telah kami rasai. Bagaimana leluhur kami telah turun ke Mesir dan kami duduk di Mesir beberapa tahun lamanya, dan bagaimana orang Mesir menganiayai akan kami dan leluhur kami, dan bagaimana kami telah berseru-seru kepada Tuhan dan Tuhanpun mendengar akan seru kami, lalu disuruhkannya seorang malaikat, yang menghantar akan kami keluar dari Mesir, maka sekarang adalah kami di Kades, sebuah negeri di ujung perhinggaan tanahmu. Ijinkanlah kiranya kami menerusi negerimu; bahwa kami tiada berjalan di ladang-ladangmu atau kebun anggurmu, dan air perigi itu tiada akan kami minum, melainkan jalan raya juga akan kami turut serta tiada menyimpang ke kiri atau ke kanan sampai kami sudah melalui penghinggaan negerimu".

Permohonan yang sopan ini telah dibalas dengan satu penolakan yang disertai ancaman: "Tak boleh kamu menerusi negeriku, melainkan aku mendatangi kamu kelak dengan pedang".

Musa terkejut atas penolakan ini, para pemimpin Israel telah mengirimkan satu permohonan yang kedua kepada raja, dengan satu janji, "Bahwa kami hendak berjalan di jalan besar, jikalau kiranya kami minum daripada airmu, baik kami baik binatang kami, niscaya kami akan membayar harganya, sahaja jangan lagi syak kami hendak menerusi negeri kamu dengan berjalan kaki juga".

"Tak boleh kamu menerusi dia", adalah jawabnya. Tentara Edom yang lengkap bersenjata telah ditempatkan di jalan-jalan yang sukar, sehingga perjalanan yang penuh damai melalui tempat itu tak mungkin dilakukan, dan orang Ibrani dilarang menggunakan kekerasan. Mereka harus mengadakan perjalanan yang jauh dengan mengelilingi Edom.

Andai kata bangsa itu, pada waktu dihadapkan kepada ujian, telah berharap kepada Allah, maka Penghulu bala tentara Tuhan akan memimpin mereka berjalan melalui Edom, dan rasa takut kepada mereka akan memenuhi penduduk negeri itu, sehingga gantinya menunjukan sikap permusuhan, mereka akan memberikan pertolongan. Tetapi bangsa Israel tidak mau bertindak cepat sesuai perintah Allah, dan sementara mereka sedang bersungut-sungut, maka peluang keemasan itupun berlalulah. Pada waktu mereka akhirnya menghadapkan permohonan mereka kepada raja, permohonan itu telah ditolak. Semenjak mereka meninggalkan Mesir, selain senantiasa berusaha mengadakan rintangan-rintangan dan godaan-godaan sepanjang perjalanan, agar mereka tidak dapat mewarisi Kanaan. Dan oleh sikap tidak percaya, berulang-ulang mereka telah membuka pintu bagi dia untuk menentang maksud Allah.

(bersambung)

*** Kembali ke Daftar Isi "Sejarah Para Nabi 2" ***

Daftar Isi, Sejarah Para Nabi 2

Daftar Isi "Sejarah Para Nabi 2"

38. Perjalanan Mengelilingi Edom
39. Penaklukan Bazan
40. Bileam
41. Kemurtadan di Yarden
42. Hukum diulangi
43. Kematian Musa
44. Menyeberangi Yarden
45. Jatuhnya Kota Yerikho
46. Berkat dan Kutuk
47. Bersekutu Dengan Bangsa Gibeon
48. Pembahagian Negeri Kanaan
49. Pesan yang Terakhir
50. Perpuluhan dan Persembahan
51. Pemeliharaan Allah terhadap Orang Miskin
52. Pesta-pesta Tahunan
53. Para Hakim yang Mula-mula
54. Simson
55. Samuel Waktu Kanak-kanak
56. Eli dan Anak-anaknya
57. Tabut Perjanjian Diambil Oleh Orang Filistin
58. Sekolah Nabi-nabi
59. Raja Israel yang Pertama
60. Kecongkakan Saul
61. Saul ditolak
62. Daud Diurapi
63. Daud dan Goliat
64. Daud Sebagai Seorang Pengungsi
65. Kemurahan Hati Daud
66. Kematian Saul
67. Ilmu Sihir Jaman Dulu dan Sekarang
68. Daud di Ziklag
69. Daud Diangkat Menjadi Raja
70. Pemerintahan Daud
71. Dosa dan Pertobatan Daud
72. Pemberontakan Absalom
73. Tahun-tahun Terakhir Raja Daud

Catatan Tambahan Untuk Jilid Pertama dan Kedua (Apendiks)

Pengantar dari Penerbit, Sejarah Para Nabi 2

Ini buku dibeli ayahku tapi sepertinya agak salah beli, kata "agak" betul-betul ditekankan, karena tidak sepenuhnya salah kalau itu sebagai penambah wawasan sejarah. Berikut aku ketikkan kembali untuk kalian semua. Semoga bermanfaat. Merdeka!

Delfaji Amardika

Pengantar dari Penerbit

BUKU ini adalah lanjutan dari bagian pertama yang sudah terbit bulan Desember 1976 yang lalu. Dengan terbitnya bagian yang kedua ini maka lengkaplah buku ini sebagai terjemahan keseluruhan dari buku aslinya yang terdapat dalam bahasa Inggris. Inilah pertama kalinya buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Penerbit yakin bahwa buku ini akan memperkaya perbendaharaan rohani pembacanya. Dewasa ini sangat dirasakan kurangnya bahan bacaan rohani yang betul-betul berbobot dan bernilai untuk dibaca. Buku rohani yang membawa kita lebih dekat ke tahta Allah, bukannya buku rohani yang menimbulkan kesan kekaguman kepada pengarangnya.

Buku bagian kedua ini tidak dapat dipisahkan dari bagian pertamanya. Bila Anda belum memiliki bagian pertama usahakanlah memilikinya supaya dengan demikian sejarah kehidupan para nabi dan bapa dari jaman dahulu kala dapat dipahami dengan sebaik-baiknya.

"Sejarah berulang" kata ahli sejarah. Memang benar. Serinh sejarah berulang tanpa disadari oleh manusia. Raja-raja dan pemimpin bangsa bangkit dan jatuh, kerajaan yang satu menggantikan kerajaan yang lain dan demikian seterusnya. Peristiwa-peristiwa yang sama sering menimpa umat manusia, namun suatu hal yang penting dilupakan oleh manusia: memetik faedah daripadanya! Banyak kesalahan yang sama terjadi hanya karena manusia tidak mau belajar dari peristiwa masa lampau.

Bukan hanya itu, dari celah-celah peristiwa kehidupan manusia itu terbayang suatu Wujud yang jelas memegang peranan melindungi umat yang tunduk kepadaNya. Ia tak dapat dilupakan. Nasihat-nasihat dan teguran-teguran yang lembut sampai yang keras disampaikan melalui para nabi dan bapa. Setiap jaman mempunyai juru kabarnya.

Orang-orang yang hidup pada jaman dahulu kala adalah sama dengan orang-orang yang hidup pada jaman ini. Itulah sebabnya pekabaran para nabi jaman dahulu kala, dan juga pekabaran yang disampaikan oleh para bapa yang terdahulu, ada kaitannya dengan manusia sekarang ini.

Kami mengajak anda merenungkan pekabaran, kehidupan, bencana dan berkat yang menimpa dan diterima mereka.

*** Daftar Isi "Sejarah Para Nabi 2" ***

Bab 16 Apa yang Akan Terjadi Dengan Republik Jika Tidak Ada Hamengku Buwono IX, Tahta Untuk Rakyat

Tahta Untuk Rakyat, adalah buku koleksi ayahku. Buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia pada tahun 1982.
Ini buku bercerita tentang Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Jogja. Bagi kalian yang membutuhkan, berikut aku ketikkan kembali.
semoga bermanfaat
salam nalasjebang .... merdeka!

Delfaji Amardika

Bab 16
Apa yang Akan Terjadi Dengan Republik Jika Tidak Ada Hamengku Buwono IX (oleh Mohamad Roem)

Republik Indonesia yang diproklamirkan oleh bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, dan telah dipertahankan kedaulatannya dengan usaha bersama-sama pula sampai tercapai pengakuan dunia atas kedaulatan itu pada tanggal 27 Desember 1949, adalah karunia Ilahi atas jihad perjuangan bangsa Indonesia atas dasar Pancasila, kata persamaan antara segenap golongan.

(bersambung)

*** kembali ke Daftar Isi Tahta Untuk Rakyat ***

Daftar Pustaka, Tahta Untuk Rakyat

Tahta Untuk Rakyat, adalah buku koleksi ayahku. Buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia pada tahun 1982.
Ini buku bercerita tentang Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Jogja. Bagi kalian yang membutuhkan, berikut aku ketikkan kembali.
semoga bermanfaat
salam nalasjebang .... merdeka!

Delfaji Amardika

Daftar Pustaka "Tahta Untuk Rakyat"

Bahan karangan ini sebagian besar merupakan wawancara oleh para anggota Panitia Penerbitan Buku Peringatan 70 Tahun Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Wawancara dilakukan bulan Oktober dan Nopember 1981 di berbagai tempat: kediaman Sri Sultan di Jakarta; tempat peristirahatan "Widaranti" di Cisarua, Puncak; dan di kantor Jalan Prapatan 42, Jakarta Pusat.

Sebagai kelengkapan digunakan bahan-bahan:

-- KRT Sumonegoro, persiapan biografi Sultan Hamengku Buwono IX, tanpa judul.

-- Mr Soedarisman Poerwokoesoemo, penyunting Abdurrachman Surjomihardjo, "Dari celah-celah Biografi Sri Sultan Hamengku Buwono IX", Kompas, 23-24-25-26 April dan 1 Mei 1980.

-- KPH Brongtodiningrat, Arti Keraton Yogyakarta.

-- Panitia Peringatan 1956, Kota Jogjakarta 200 Tahun.

-- Jumenengan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX Peringatan 40 Tahun, 18 Maret 1940-18 Maret 1980, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1980.

-- Soebagijo I.N., Wakil Presiden Kita Sultan Hamengku Buwono IX (bahasa Jawa), Percetakan Nasional, 1973.

*** kembali ke Daftar Isi Tahta Untuk Rakyat ***

Novel "Mutiara dari Scotlandia"

"Mutiara dari Scotlandia" adalah novel cetakan pertama milik bude (bibi tua) ku, Djati Respati. Judul asli novel ini "The Hidden Evil", diterjemahkan oleh Nun Kaes, diterbitkan oleh cypress Jakarta. Buku novel ini dibeli oleh budeku pada tanggal 29 Desember 1979. Berikut aku ketikkan kembali untuk kalian. Semoga bermanfaat. Merdeka!

Delfaji Amardika

DAFTAR ISI NOVEL "MUTIARA DARI SCOTLANDIA"

Daftar Isi, Mutiara dari Scotlandia

"Mutiara dari Scotlandia" adalah novel cetakan pertama milik bude (bibi tua) ku, Djati Respati. Judul asli novel ini "The Hidden Evil", diterjemahkan oleh Nun Kaes, diterbitkan oleh cypress Jakarta. Buku novel ini dibeli oleh budeku pada tanggal 29 Desember 1979. Berikut aku ketikkan kembali untuk kalian. Semoga bermanfaat. Merdeka!

Delfaji Amardika

Bab:

1      2      3      4

5      6      7      8

9     10    11    12

1, Mutiara dari Scotlandia

"Mutiara dari Scotlandia" adalah novel cetakan pertama milik bude (bibi tua) ku, Djati Respati. Judul asli novel ini "The Hidden Evil", diterjemahkan oleh Nun Kaes, diterbitkan oleh cypress Jakarta. Buku novel ini dibeli oleh budeku pada tanggal 29 Desember 1979. Berikut aku ketikkan kembali untuk kalian. Semoga bermanfaat. Merdeka!

Delfaji Amardika

1

"DEMI TUHAN, tutup pintu itu!" Seorang lelaki dekat perapian membentak marah saraya terasa adanya angin kencang menghembus masuk ke dalam ruangan menerpa punggung empat pemuda tampan yang sedang menjulurkan dan memanaskan kaki.

"Maaf, kalau anda merasa terganggu," terdengar seorang menjawab dengan sarkatis.

Keempat pengawal istana itu cepat bangkit dari kursi.

Tampak sesosok tubuh berdiri di tengah pintu.

Dandanan orang itu mewah, mengenakan baju beludru di semarakkan oleh beberapa perhiasan, sebuah topi dengan bulu-bulu menghias kepala berambut hitam kelam.

Orang itu mengenakan sepasang sepatu boot tinggi yang anehnya tampak tetap bersih meskipun halaman losmen itu merupakan sebuah kubangan yang besar berlumpur.

"Yang ... Yang Mulya", ujar seorang tergagap, "kami tak menyangka akan berjumpa dengan Anda di sini".

"Aku sendiri tak mengira akan sampai di tempat ini", jawab Duke de Salvoire yang kemudian menutup pintu lalu melangkah mendekat sambil melepas sarung tangan bersulam indah.

(bersambung)

*** kembali ke menu awal novel "Mutiara dari Scotlandia ***

Senin, 16 Juni 2014

Buku "Pintu Masuk ke Dunia Filsafat"

Prakata

Daftar Isi

Bab I Filsafat dan Ilmu Pengetahuan, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat

Buku "Pintu Masuk ke Dunia Filsafat" ini aku pilih di toko buku, kalau tidak salah di daerah Salemba, Jakarta, pada tanggal 6 Maret 1995, dibelikan oleh sepupuku, Niken Hapsari. Ditulis oleh Harry Hamersma, diterbitkan oleh PT. Kanisius.
Berikut ini aku ketikkan kembali untuk kalian semua. Semoga bermanfaat. Terima Kasih. Merdeka!

Delfaji Amardika

Bab I
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

"Antara teologi dan ilmu pengetahuan terletak suatu daerah tak bertuan. Daerah ini diserang baik oleh teologi maupun oleh ilmu pengetahuan. Daerah tak bertuan ini adalah filsafat." (BERTRAND RUSSEL)

Makin banyak manusia tahu, makin banyak pertanyaan timbul. Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan, tentang dia sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya dan kemungkinan-kemungkinannya. Sikap ini sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dibagi atas banyak jenis ilmu. Namun dengan kemajuan ilmu pengetahuan, sejumlah pertanyaan manusia masih tetap terbuka dan sama aktualnya seperti pada ribuan tahun yang lalu. Pertanyaan-pertanyaan seperti diungkapkan dalam sajak yang kuno ini:

"Aku datang -- entah dari mana,
aku ini -- entah siapa,
aku pergi -- entah ke mana,
aku akan mati -- entah kapan,
aku heran bahwa aku bergembira" ...

Pertanyaan-pertanyaan tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang hakekat manusia, tak terjawab oleh ilmu pengetahuan. Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin juga tidak pernah akan terjawab oleh filsafat. Namun, filsafat adalah tempat di mana pertanyaan-pertanyaan ini dikumpulkan, diterangkan dan diteruskan. Filsafat adalah suatu ilmu tanpa batas. Filsafat tidak menyelidiki salah satu segi dari kenyataan saja, melainkan apa-apa saja yang menarik perhatian manusia. Di universitas-universitas, fakultas filsafat sering disebut "fakultas sentral" atau "inter-fakultas", karena semua fakultas lain, yang selalu menyelidiki salah satu segi dari kenyataan, menjumpai pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan refleksi yang tidak lagi termasuk bidang khusus mereka. Misalnya pertanyaan tentang batas-batas pengetahuan kita, tentang asal bahasa, tentang hakekat hidup, tentang hubungan badan dan jiwa, tentang hakekat materi, tentang dasar moral.

Perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan menjadi jelas kalau kita membandingkan definisi ilmu pengetahuan dan definisi filsafat.

Ilmu pengetahuan adalah:
"pengetahuan metodis, sistematis dan koheran ("bertalian")

Filsafat adalah:
"pengetahuan metodis, sistematis dan koheran tentang seluruh kenyataan"

Filsafat tidak memperlihatkan banyak kemajuan dalam penyelidikan ini. Hasil dari ilmu-ilmu khusus besar luar biasa. Dibandingkan dengan itu, hasil dari filsafat kelihatannya kurang konkret dan kurang berguna. Namun demikian filsafat masih tetap dibutuhkan sebagai suatu "forum", suatu "tempat" di mana dibicarakan soal-soal yang datang sebelum dan sesudah semua ilmu lain.

Arti kata "filsafat"
Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani dan berarti "cinta dan hikmat" atau "cinta akan pengetahuan". Seorang "filsuf" adalah seorang "pecinta", "pencari" ("philos") hikmat atau pengetahuan ("sophia"). Kata "philosophos" diciptakan untuk menekankan sesuatu. Pemikir-pemikir Yunani Pythagoras (582-496 SM) dan Plato (482-348 SM) mengejek para "sofis" ("sophistes") yang berpendapat bahwa mereka tahu jawaban untuk semua pertanyaan. Kata Pythagoras: hanya Tuhan mempunyai hikmat yang sungguh-sungguh. Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia ini, yaitu "mencari hikmat", "mencintai pengetahuan".

Asal filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk "ber-filsafat": keheranan, kesangsian dan kesadaran keterbatasan.

Keheranan: Banyak filsuf menunjukan rasa heran (dalam bahasa Yunani: "thaumasia") sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan: "Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat. "Dan pada kuburan Immanuel Kant (1724-1804) tertulis: "Coelum stellatum supra me, lex moralis intra me". Kedua gejala yang paling mengherankan menurut Kant, adalah "langit berbintang-bintang di atasnya" dan "hukum moral dalam hatinya".

Kesangsian: Filsuf-filsuf lain, seperti misalnya Augustinus (354-430) dan Descrates (1596-1650) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh pancainderanya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Di mana dapat ditemukan kepastian? Karena dunia ini penuh dengan macam-macam pendapat, keyakinan dan interpretasi. Sikap ini, sikap skeptis (dari kata Yunani "skeptis", "penyelidikan"), sangat berguna untuk menemukan suatu titik pangkal yang tidak teragukan lagi. Titik pangkal ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk semua pengetahuan lebih lanjut.

Kesadaran akan keterbatasan: Filsuf-filsuf lain lagi mengatakan bahwa manusia mulai berfilsafat kalau ia menyadari betapa kecil dan lemah dia, dibandingkan dengan alam semesta sekelilingnya. (Sikap ini diungkapkan dengan bagus dalam Mazmur 8.) Semakin manusia terpukau oleh ketakterhinggaan sekelilingnya, semakin ia heran akan eksistensinya. Dan kalau dunia saya dan hidup saya kelihatan tidak berarti dalam keadaan-keadaan tertentu -- misalnya kalau saya harus menghadapi kematian seseorang yang tercintai, kalau saya bersalah, kalau saya menderita atau sama sekali gagal -- saya merasa terdorong untuk menarik kesimpulan bahwa harus ada sesuatu yang mengatasi semua keterbatasan dan kegagalan. Semakin jelas saya sendiri atau sesuatu di luar saya kelihatan terbatas, semakin jelas juga bahwa harus ada sesuatu yang tak terbatas, ketakterhinggaan yang "membatasi" segala sesuatu yang lain.

Tiga jenis abstraksi

Keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan mendorong manusia untuk berpikir. Akan tetapi pemikiran ini segera menjadi "metodis". Manusia berkecenderungan untuk menggunakan suatu jalan tertentu untuk berpikir, yaitu dari hal-hal yang lebih konkret ke prinsip-prinsip induk yang abstrak. Jalan ini diterangkan oleh Aristoteles (384-322 SM). Menurut Aristoteles pemikiran kita melewati tiga jenis "abstraksi" (kata lain "abstrahere" berarti "menjauhkan diri", "mengambil dari"). Setiap jenis abstraksi menghasilkan salah satu jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan "fisis", pengetahuan "matematis" dan pengetahuan "teologis". Semua jenis pengetahuan ini menurut Aristoteles masih termasuk filsafat, karena belum dibedakan teologi, filsafat dan ilmu pengetahuan. Ketiga jenis abstraksi sebagaimana dibedakan oleh Aristoteles, masih tetap berguna untuk menerangkan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.

Tahap pertama: fisika
Kita berpikir kalau kita mengamati sesuatu. Keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan baru dapat timbul kalau sesuatu diamati lebih dahulu. Akal kita "melepaskan" ("mengabstahir") dari pengamatan inderawi segi-segi tertentu, yaitu "materi yang dapat dirasakan" (Aristoteles menamai itu "hyle aistete"). Akal budi menghasilkan, bersama materi yang "abstrak" ini, pengetahuan yang disebut "fisika" (dari kata Yunani "physos", "alam").

Tahap kedua: matesis
Kita masih dapat melepaskan, "mengabstrahir" lebih banyak lagi. Kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua perubahan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti ("hyle noete"). Berkat abstraksi ini kita dapat menghitung dan mengukur, karena menghitung dan mengukur itu mungkin lepas dari semua gejala dan semua perubahan, dengan mata tertutup. Pengetahuan yang dihasilkan oleh jenis abstraksi ini disebut "matesis" ("matematika"). (Kata Yunani "mathesis" berarti "pengetahuan", "ilmu").

Tahap ketiga: teologi atau "filsafat pertama"
Akhirnya kita juga dapat mengabstahir dari semua materi, baik materi yang dapat diamati, maupun materi yang dapat diketahui. Kalau kita berpikir tentang keseluruhan kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang jiwa manusia, tentang kenyataan yang paling luhur, tentang Tuhan, lalu tidak hanya bidang fisika, melainkan juga bidang matesis yang ditinggalkan. Semua jenis pengamatan tidak berguna lagi di sini. Jenis berpikir ini disebut "teologi" atau "filsafat pertama" oleh Aristoteles.

Pengetahuan dari jenis ketiga ini dalam tradisi setelah Aristoteles disebut "metafisika", bidang yang datang setelah ("meta") fisika. Bagi Aristoteles baik bidang metafisika, bidang matematika maupun fisika masih merupakan kesatuan, yang seluruhnya disebut "filsafat". Yang dewasa ini masih disebut "filsafat", itu lebih-lebih "filsafat pertama" atau "metafisika".

Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan. Sebelumnya karena semua ilmu khusus telah mulai sebagai bagian dari filsafat yang kemudian menjadi dewasa, seperti masih kelihatan pada Aristoteles. Sesudahnya, karena semua ilmu menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang mengatasi batas-batas spesialisasi mereka. Oleh sebab itu banyak ilmiawan sekaligus filsuf-filsuf kenamaan, seperti Aristoteles, Descrates, Leibniz, Pascal, Kant, Whitehead dan Einstein.

*** kembali ke Daftar Isi "Pintu Masuk ke Dunia Filsafat" ***

Daftar Isi, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat

Daftar Isi
Buku Pintu Masuk ke Dunia Filsafat

BAB I

Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

BAB II

Cabang-cabang filsafat

II.1. Epistemologi
II.2. Logika
II.3. Kritik ilmu-ilmu
II.4. Metafisika umum
II.5. Teologi metafisik
II.6. Antropologi
II.7. Kosmologi
II.8. Etika
II.9. Estetika
II.10. Sejarah filsafat

BAB III

Ikhtisar Sejarah Filsafat

III.1. Filsafat India
III.2. Filsafat Cina
III.3. Filsafat Barat

BAB IV

Filsafat Dalam Praktek

IV.1. Mengapa belajar filsafat?
IV.2. Tugas filsafat menurut filsuf-filsuf
IV.3. Petunjuk-petunjuk studi filsafat

Prakata, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat

Prakata

Filsafat mempunyai sejarah yang sangat panjang. Filsafat lebih tua dari pada semua ilmu dan kebanyakan agama. Walaupun demikian filsafat bagi banyak orang merupakan sesuatu yang kabur, sesuatu yang kelihatannya tidak berguna, tanpa metode, tanpa kemajuan dan penuh perselisihan pendapat.

Suatu pengantar filsafat tidak akan menjawab semua pertanyaan mengenai filsafat. Yang dapat -- dan itu dicoba dalam pengantar yang singkat ini -- adalah: memperkenalkan filsafat sebagai bagian dari usaha manusia yang lebih besar, yaitu usaha untuk mengerti dunia. Dalam Bab I diuraikan tugas filsafat di samping ilmu pengetahuan. Bab II memberikan suatu "peta" dari cabang-cabang filsafat. Bab III merupakan ikhtisar dari sejarah filsafat Timur dan Barat. Dalam Bab IV memberikan sejumlah petunjuk untuk studi pribadi.

Kata Kierkgaard, "Hidup manusia baru dimengerti dari belakang, tetapi harus dijalani dari depan." Kesukaran yang sama berlaku untuk studi filsafat. Makna filsafat tak akan menjadi jelas berkat uraian-uraian yang diberikan dalam suatu buku pengantar. Arti filsafat baru mulai dimengerti setelah studi yang lebih lanjut.

Semoga pengantar ini bermanfaat sebagai langkah pertama bagi mereka yang mulai belajar filsafat, dan bagi semua yang tertarik kepada filsafat sebagai lapangan diskusi untuk pertanyaan-pertanyaan dari semua jaman.

Yogyakarta, 16 Juli 1980.

Bab 15 Pengembangan Yogyakarta, Tahta Untuk Rakyat

Tahta Untuk Rakyat, adalah buku koleksi ayahku. Buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia pada tahun 1982.
Ini buku bercerita tentang Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Jogja. Bagi kalian yang membutuhkan, berikut aku ketikkan kembali.
semoga bermanfaat
salam nalasjebang .... merdeka!

Delfaji Amardika

Bab 15
Pengembangan Yogyakarta

Terdorong oleh berbagai alasan kesehatan, Sultan Hamengku Buwono IX meninggalkan kursi Wakil Presiden RI pada 23 Maret 1978, setelah menjalani masa jabatan selama lima tahun penuh sejak 24 Maret 1973. Agaknya ia merasa saatnya telah tiba baginya untuk "hidup lebih tenang" sambil menekuni berbagai bidang yang terasa dekat di hatinya, seperti bidang olahraga dan pengembangan daerah Yogyakarta.

Dengan demikian bidang-bidang lain di luar urusan pemerintahan yang sejak dulu termasuk dalam lingkupan kegiatannya, seperti bidang kepramukaan, kepariwisataan dan bisnis, baru akan menyusul setelah dua bidang yang disebut terdahulu.

"Dan sebenarnya apa yang diharapkan dari orang berumur 70 tahun yang bermukim di hawa tropik ini? Setelah bekerja terus-menerus selama lebih dari 40 tahun, tentu kesehatan tak seperti dulu lagi dan boleh dong sekarang saya sedikit santai dan memikirkan juga diri sendiri, betul nggak?" demikian ia bergurau ketika menjawab pertanyaan "mengapa mengundurkan diri padahal masih cukup sehat". Dan bagaimana pula andai kata negara masih memerlukan sumbangan tenaganya di waktu-waktu mendatang?

Mengenai pertanyaan terakhir, Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan keyakinannya bahwa dari kalangan yang muda-muda tentu akan timbul kelak tokoh pimpinan yang akan menggantikan orang-orang seperti dirinya. Ia pun menegaskan bahwa mundur dari jabatan resmi tidak berarti kehilangan perhatian terhadap nasib dan perkembangan negara selanjutnya. "Saya telah ikut membangun negara ini, maka rasa tanggung jawab tetap ada sejauh menyangkut keselamatannya, kelangsungan hidupnya", demikian dikatakannya.

Sebagai orang yang telah banyak makan asam-garam kehidupan serta paling sering duduk sebagai anggota Kabinet selama puluhan tahun terakhir ini, Hamengku Buwono IX melihat bahwa di mana pun di dunia kesulitan dewasa ini pada hakekatnya sering bersumber pada kurangnya komunikasi antara pribadi atau kelompok-kelompok. Padahal komunikasi yang baik dan lancar menurut pendapatnya adalah kunci yang teramat penting. Sebagai contoh disebutkannya tentang pengalamannya sebagai raja dan kepala daerah di Yogyakarta. "Dulu sering kali waktu saya habis untuk berbicara saja, mungkin sampai delapan puluh persen dari waktu kerja saya habis untuk menerima orang-orang dari banyak golongan, termasuk generasi muda. Kelihatannya sepele atau seakan-akan memnbuang-buang waktu, tetapi sesungguhnya manfaatnya besar sekali karena dengan demikian masing-masing lalu menyelami, apa yang ada di kepala orang lain atau golongan lain", demikian pengalaman Hamengku Buwono IX.

Demikianlah, membangun komunikasi yang baik telah lama dilaksanakan di daerah Yogya dan telah memperlihatkan hasil yang positif, kata Sultan. Ia menegaskan bahwa dari dulu hingga sekarang, itulah rahasia dari adanya suasana tertib dan tenang di daerahnya, "Dan kini, walau saya sendiri lebih sering berada di Jakarta daripada di Yogya, saya yakin bahwa aparat di sana sudah berjalan dengan baik", demikian Sultan dengan penuh kepercayaan.

Mengenai masa depan Kesultanan Keraton Yogya sendiri dikatakan bahwa keadaan akan berjalan terus seperti ratusan tahun sebelumnya. Artinya Kesultanan akan tetap ada sebagaimana misalnya Kesultanan Cirebon dan lain-lain dengan seorang Sultan yang bertahta dan berfungsi sebagai kepala keluarga Keraton. "Tetapi apakah Sultan itu sekaligus menjadi Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana tercantum dalam undang-undang tentang daerah istimewa, itu terserah nanti", demikian Hamengku Buwono IX. Menurut pendapatnya hal ini biasanya dibicarakan bersama pemerintah pusat, sementara selelau harus dilihat pula apakah rakyat setempat juga menyetujuinya.

Selanjutnya adalah kebijaksanaan Sultan yang memerintah untuk menetapkan siapa yang akan menjadi putra mahkota untuk nantinya diangkat menjadi Sultan berikutnya. Untuk Keraton Yogya pada waktu ini putra mahkota belum ditentukan secara final. Tetapi petunjuk ke arah itu telah diberikan ketika putra Hamengku Buwono IX tertua yaitu Herjuno Darpito, yang tahun ini berusia 36 tahun, ditetapkan menjadi Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi.

"Terus terang, apabila seseorang telah diberi gelar Mangkubumi, itu adalah langkah pertama ia dicalonkan untuk menjadi putra mahkota. Tetapi apakah ia benar-benar akan menjadi putra mahkota, masih bergantung penilaian, atau katakanlah periode ia menjadi Mangkubumi adalah periode penjajagan. Saya menilainya, para keluarga pun menilainya, untuk nanti pada pertemuan keluarga, sebagaimana waktu saya dulu, ditetapkan apakah ia bisa diterima atau tidak sebagai putra mahkota", demikian penjelasan selanjutnya tentang calon yang akan menggantikannya. Lamanya masa penilaian itu pun tak ada patokannya.

Mengenang masa lampau, Hamengku Buwono menyebutkan tentang kejadian ketika salah seorang kakeknya, yaitu Hamengku Buwono VII masih hidup tetapi menyerahkan tahta kepada putranya yang menjadi Hamengku Buwono VIII. Karena pada saat yang sama ada dua orang sultan sekaligus, Hamengku Buwono VII lalu keluar Keraton dan menetap di suatu tempat di Ambarukmo. Demikianlah yang terjadi apabila sebelum berusia lanjut sekali seorang sultan ingin "masuk pensiun," biasanya untuk menekuni bidang kerohanian. Karena gelarnya tetap saja sultan, maka akan ada dua orang sultan. Karena itu sultan yang pensiun lalu meninggalkan Keraton dan hidup di luar Keraton.

Di daerah Ambarukmo, Sultan Hamengku Buwono VII bermukim sampai akhir hayatnya. Ia menetap di suatu bangunan yang dewasa ini tampak di sebelah Hotel Ambarukmo. Di kompleks ini berdiri suatu pendopo -- di depan sebuah restoran bernama Bale Kambang -- yang sokogurunya di sebelah barat laut dianggap keramat. Hamengku Buwono VII wafat di sebuah kamar dalam bangunan ini. Didepan kamar ini sampai sekarang selalu diletakkab sesajen. Kamar ini pun dianggap begitu keramat, sehingga tak sembarang orang dapat memasukinya, hingga sekarang.

Pangeran Mangkubumi

Seorang yang di masa depan kemungkinan besar akan memakai gelar Hamengku Buwono X adalah seorang muda berpostur tegap berkulit gelap, yang berharap dapat menyelesaikan studi hukumnya tahun 1982 ini. Dia lah putra lelaki tertua Hamengku Buwono IX bernama Herjuno Darpito yang sejak tahun 1974 telah diberi gelar Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi.

Pangeran ini mengakui bahwa studinya berjalan lambat, sedangkan "adik-adik saya ada yang sudah menjadi sarjana". Kelambatan ini diakibatkan oleh keinginan untuk mencari pengalaman kerja selama studinya berlangsung. Ia kini duduk sebagai direktur utama sebuah pabrik gula di daerah Yogya, tetapi sebelumnya ia paling suka memulai pekerjaan dari nol. "Memanfaatkan fasilitas orang tua tidak enak dan kedudukan katrolan tak memberi kepuasan" adalah pendapat yang dikemukakan oleh seorang calon raja berusia 36 tahun yang kini telah mempunyai tiga orang putri mungil-mungil.

Sebagaimana ayahnya dulu merupakan produk jamannya, Pangeran dan sekaligus pengusaha muda ini juga adalah produk jamannya sendiri. Hanyalah sang waktu yang akan membuktikan apakah dia akan "lulus ujian" dan menduduki singgasana Keraton Yogyakarta dengan sebutan Hamengku Buwono X pada saatnya nanti.

Pengembangan Yogyakarta

Daerah Yogya selama ini dikenal sebagai daerah minus, sementara penduduknya padat. Setelah Banyumas, Yogyakarta adalah kedua terpadat di antara daerah-daerah di Indonesia. Beberapa daerah miskin seperti Gunung Kidul, Bantul dan Sleman memang minus dalam hal beras, tetapi pada tahun-tahun terakhir ini telah dapat meningkatkan hasil panen ubi singkong sampai surplus melebihi kebutuhan pangan. Kelebihannya ada yang dipasarkan ke Jawa Timur. Apabila sistem pemotongan dapat diperbaiki sehingga dapat dijadikan gaplek kering dan tahan lama, maka kemungkinan untuk diekspor juga besar.

Dalam soal pengembangan daerah ini, Sultan Hamengku Buwono IX bersama unsur-unsur daerah yang ingin menekankan pada modernisasi desa, terutama ke arah usaha-usaha yang mampu meningkatkan kondisi ekonomi rakyat. Rencana pengembangan desa di bidang sarana irigasi mencakup pembuatan dua waduk yang akan ditangani oleh Departemen Pekerjaan Umum. Departemen yang sama juga mengangani pembuatan sarana-sarana lainnya seperti untuk transportasi.

Dengan bantuan Departemen Riset dan Teknologi, Yogya sudah mengadakan percobaan-percobaan hujan buatan. Hasilnya sangat baik, sehingga di beberapa daerah panen singkong menjadi berlipat ganda. Namun apakah biaya hujan buatan yang tinggi memadai untuk meneruskan penggunaan teknologi mutakhir ini, masih diperlukan penelitian lebih jauh.

Pada awal tahun delapan puluhan ini Yogya juga menjajagi kemungkinan untuk mengembangkan proyek pasir besi. Menurut penelitian awal, kadar pasir besi yang terdapat di daerah Kulon Progo sedikit di bawah kadar proyek yang sama di Cilacap, sehingga dalam pelaksanaannya mungkin dapat digabungkan. Sebuah usul telah diajukan kepada Aneka Tambang untuk menangani calon proyek ini, jika prospeknya cukup baik. "Apabila proyek pasir besi ini ternyata dapat terealisir dalam waktu mendatang, dengan deposit selama 50 tahun misalnya, keadaan jelas lebih cerah bagi daerah Yogya," demikian Hamengku Buwono IX dengan nada harapan yang besar.

Tonggak Waktu

Dalam memasuki usia ke-70 tahun, nama Sultan Hamengku Buwono IX masih dijumpai dalam deretan nama pimpinan berbagai usaha bisnis. Misalnya dalam proyek Duta Merlin, atau pengelolaan pabrik gula.

Dalam kegiatan lain, seperti pada dunia kepramukaan, baik dalam ruang lingkup nasional maupun internasional, tempatnya jelas. Banyak orang masih ingat bahwa konsep modern scouting, yang pernah diajukan oleh Indonesia di forum internasional dan diterapkan di berbagai negara, antara lain datang dari Hamengku Buwono IX. Dialah salah seorang pencetusnya. Agaknya kepramukaan ini, yang dikenalnya sebagai padvinderij atau kepanduan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, tetap mempunyai tempat tersendiri dalam sanubarinya. Hanya saja akhir-akhir ini kepramukaan di Indonesia agak kehilangan "romantikanya". Ia pun melihat bahwa daya inisiatif dari para pembinanya perlu ditingkatkan dan dikobarkan kembali.

Kurun waktu yang ada di hadapannya kini akan banyak digunakan untuk meningkatkan prestasi olahraga di Indonesia. Perhatian besar akan diberikan untuk meningkatkan segi pembinaan cabang-cabang olahraga, lebih terarah dan lebih ilmiah dari sebelumnya. Tujuannya ialah agar dunia olahraga Indonesia menjadi pemegang peran yang penting di forum internasional, terutama di Asia. "Kesemrawutan" menurut pendapat Hamengku Buwono IX dapat diatasi apabila olahraga tidak dipolitisir. Dan syarat bagi setiap ketua cabang olahraga ialah adanya pribadi-pribadi yang jujur dan berani membuat keputusan.

Bagaimanapun juga, usia ke-70 merupakan satu tonggak waktu yang besar artinya bagi setiap orang yang beruntung mengalaminya. Memberikan kesempatan bagi seseorang untuk sejenak menengok ke belakang sebagai bekal untuk melangkah terus dengan penuh kematangan.

Sebagai manusia biasa Pak Sultan mempunyai kelebihan-kelebihan, tetapi tak lepas pula dari kekurangan-kekurangan. Puluhan tahun ia telah berkarya dengan memegang puluhan jabatan pula -- baik yang berjalan dan berakhir dengan sukses ataupun sebaliknya. Bagi dirinya sendiri, semuanya itu laksana sebuah cermin.

Kini ia tak lagi menjabat sebagai Menteri, Wakil Presiden atau jabatan resmi lainnya di pemerintahan pusat. Tetapi ia tetap seorang Raja, kepala kerabat Keraton Yogyakarta dan sekaligus Gubernur Kepala Daerah Istimewa. Dia masih seorang pimpinan Pramuka dan Ketua Umum KONI Pusat. Dia masih... mungkin masih terlalu banyak yang harus dideretkan pada rangkaian kegiatan yang tetap meminta perhatiannya, walaupun hanya merupakan kegiatan sampingan.

Rupanya senja hari belum memberikan kesempatan kepada Hamengku Buwono IX untuk lebih banyak beristirahat dan bergoyang kaki. Masih terlalu banyak orang yang tetap mengharapkan sumbangan tenaga dan pikirannya, masih merasa memerlukan daya reaktif dan sikap tanggapnya pada saat-saat tertentu dengan pikiran dalam benak mereka bahwa, "Ah, Pak Sultan masih ada..." Barangkali tidak lagi dengan semangat dan kegigihan seperti pada tahun-tahun revolusi -- puncak dari segala prestasinya -- tetapi dengan ketenangan dan kematangan sesuai dengan usianya.

Dan ia akan tetap menemukan dirinya bergerak di dua dunianya: yang tradisional dan yang modern dengan penuh tantangan pembaruan. Agaknya ia juga akan tetap mampu memadukan kebesaran Timur dengan kemajuan Barat, sesuai dengan janji yang diucapkannya ketika ia dinobatkan sebagai Sultan Hamengku Buwono IX, 42 tahun yang lampau.

*** kembali ke Daftar Isi Tahta Untuk Rakyat ***

Bab 14 Arti Keraton Yogyakarta dan Sejarahnya, Tahta Untuk Rakyat

Tahta Untuk Rakyat, adalah buku koleksi ayahku. Buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia pada tahun 1982.
Ini buku bercerita tentang Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Jogja. Bagi kalian yang membutuhkan, berikut aku ketikkan kembali.
semoga bermanfaat
salam nalasjebang .... merdeka!

Delfaji Amardika

Bab 14
Arti Keraton Yogyakarta dan Sejarahnya

Untuk memperoleh gambaran mengenai latar belakang para Sultan di Yogyakarta, ada baiknya kini menelaah apa arti dan bagaimana bentuk tempat asal mereka -- yaitu Keraton. Keraton adalah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari kata ke-ratu-an, atau kadang-kadang disebut juga kedaton yang berasal dari kata ke-datu-an. Dalam bahasa Indonesia, tak lain adalah Istana. Tetapi Keraton adalah sebuah istana yang mengandung arti keagamaan, falsafah dan kebudayaan.

Dan sesungguhnya Keraton Yogyakarta penuh dengan arti-arti yang baru disebutkan ini. Segala sesuatu di dalamnya, dari arsitektur bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-ukirannya, hiasannya sampai pada warna gedung-gedungnya mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditanam di kawasan ini juga tidak sembarangan, melainkan terdiri dari jenis-jenis yang ada maknanya. Konon semua itu mengandung nasehat agar manusia cinta dan menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, berlaku sederhana, berhati-hati dalam tingkah laku sehari-hari dan sebagainya.

Arsitek Keraton ini tak lain adalah Sri Sultan Hamengku Buwono I, yanv terkenal sebagai ahli bangunan, perwira perang yang perkasa, sekaligus juga seorang pemuka kebatinan.

Kompleks Keraton terletak di tengah-tengah, luasnya lebih kurang 14.000 m2, tetapi daerah Keratonnya membentang antara sungai Code dan sungai Winanga, membujur dari utara ke selatan, dari Tugu sampai Krapyak. Nama kampung-kampungnya memperlihatkan bahwa di jaman dulu penghuninya mempunyai tugas tertentu di Keraton. Misalnya kampung Gandekan ialah tempat tinggal para gandek atau kurir para sultan, Wirobrajan tempat tinggal para Wirobraja atau prajurit Keraton, Pasindenan tempat tinggal para pesinden dan seterusnya.

Kompleks Keraton dikelilingi oleh tembok lebar, beteng namanya. Panjangnya 1 km, berbentuk 4 segi, tingginya 3 1/2m, lebarnya 3 sampai 4 m. Di beberapa tempat di beteng itu ada gang untuk menyimpan senjata dan amunisi, di keempat sudutnya terdapat bentuk bangunan yang diberi lubang-lubang kecil untuk mengintai musuh. Di sekeliling tembok beteng ini terdapat parit yang lebar dan dalam.

Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun Jawa 1682, diperingati dengan lambang berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lain. Dalam bahasa Jawa: Dwi (2) Naga (8) Rasa (6) Tunggal (1), di baca dari belakang menjadi 1682.

Keraton dan Sekitarnya

Bangunan Keraton Yogya itu sendiri diapit oleh dua Alun-alun, yaitu Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul. Di jaman lampau, kedua alun-alun itu mempunyai arti yang penting sekali bagi kerajaan karena di tempat itu alat kekuasaan negara digembleng. Di tempat tersebut para perwira dan prajurit berlatih untuk mempergunakan senjata, baik dalam kelompok maupun untuk perkelahian satu lawan satu serta juga untuk barisan berkuda.

Di tengah Alun-alun Utara ada sepasang pohon beringin, masing-masing dikurung dengan pagar sehingga sehari-harinya disebut waringin kurung. Pohon yang satu bernama Kyahi Dewa-ndaru, yang lainnya Kyahi Djaya-ndaru dan dianggap sebagai lambang manunggale Kawula-Gusti atau pertemuan antara Dewa dan Manusia.

Apabila kita sekarang berdiri di Bangsal Witama dan memandang 180 derajat ke utara sebagaimana jaman dulu para sultan duduk sinewaka atau bertahta, maka kita akan bertemu dengan tiga titik. Dua titik adalah dua pohon beringin tersebut dan titik ketiga, yang letaknya lebih jauh, adalah Tugu yang dianggap sebagai lambang pertemuan pokok kekuatan alam yang positif dan negatif.

Jaman dulu tempat waringin kurung itu juga merupakan tempat rakyat menghadap Raja untuk mengadukan nasib atas perlakuan atasan terhadap mereka atau atas suatu keputusan hakim yang dirasakan tidak adil. Untuk jaman sekarang, hal ini dapat disamakan dengan tempat naik banding ke peradilan yang lebih tinggi.

Orang yang ingin menarik perhatian peradilan yang lebih tinggi atau dulu mau menghadap Raja sendiri, lalu berpakaian serba putih, bertutup kepala putih dan duduk di antara dua pohon beringin tersebut. Secepat diketahui oleh Raja atau tokoh-tokoh agung akan halnya orang yang sedang melakukan pepe -- demikian istilah bagi orang yang meminta keadilan kepada Raja dengan cara ini -- secepat itu pula ia dijemput dan terus dihadapkan pada Raja agar dapat mengutarakan sendiri maksud hatinya. Pada waktu itu juga langsung Dewan Pengadilan Agung bersidang, dihadiri oleh Raja dan keputusan pun diambil. Biasanya orang lalu menerima keputusan Dewan Agung ini, karena memang inilah peradilan yang tertinggi.

Adanya cara ber-pepe ini menunjukkan bahwa jaman dulu sudah ada forum untuk memperjuangkan hak asasi manusia, sehingga jelas ini bukan barang baru atau pun barang yang diimpor dari negara lain.

Salah satu hal yang masih perlu dicatat sekitar pembangunan kota oleh Sultan Hamengku Buwono I yang berjalan lancar dan selalu mengingat kepentingan pertahanan itu, tampaknya menimbulkan kecemasan di pihak VOC. Dengan caranya yang licin, seperti biasa, mereka lalu menawarkan "kesediaan untuk memberikan bantuan dalam segala kemungkinan yang bisa mengganggu dan merugikan Ngayogyakarta Hadiningrat" dan dengan dalih ini lalu mendirikan benteng Vredesburg yang sampai sekarang masih berdiri.

Rupanya VOC merasa perlu menjaga diri lebih baik, maka benteng yang serupa hampir dalam waktu bersamaan juga dibangunnya di Surakarta dan kemudian lagi di Purworejo, Magelang, Ambarawa, Ungaran dan Ngawi. Dan kenyataannya, adanya benteng-benteng itu tidak hanya Surakarta dan Ngayogyakarta "dijaga dari dalam" sebagaimana dikatakannya, namun sebenarnya telah dikepung oleh VOC karena di benteng-benteng itu ditugaskan serdadu Belanda dengan persenjataan yang kuat.

Keadaan yang mantap di Ngayogyakarta di bawah pemerintahan Hamengku Buwono I berubah ketika Raja yang disayangi oleh rakyatnya ini meninggal dunia pada 1972. Dengan perginya "orang kuat" ini maka selama bertahun-tahun berkecamuk kekacauan, "kapal Ngayogyakarta" seperti kehilangan arah dilanda badai perpecahan yang semuanya adalah permainan VOC. Dalam suasana keruh seperti itu lahirlah pemerintahan Kadipaten Pakualaman pada 13 Maret 1813. Yang diangkat sebagai Paku Alam I adalah BP Notokusumo, putra Sultan Hamengku Buwono I, dan gelarnya adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam.

Letak ibukota Pakualaman adalah di dalam Ngayogyakarta, sehingga dengan berdirinya pemerintahan Kadipaten Paku Alam kota Ngayogyakarta mengalami perubahan. Pemisahan ditandai dengan dibangunnya tembok keliling (ringmuur). Di tahun-tahun belakangan segala pemisahan dan pembatasan ini banyak dihapuskan karena dianggap tidak membawa manfaat. Lebih kemudian lagi, untuk menghapuskan segala bekas perpecahan akibat benih-benih yang disebarkan oleh VOC di jaman Raffles, maka dengan kesadaran Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII segala yang bersifat pemisahan dihapuskan dan jawatan-jawatan pada pemerintahan Kesultanan dan Pakualaman digabungkan menjadi satu.

Sejarah Yogyakarta

Sejak VOC datang di Jawa, telah puluhan kali mereka membuat kontrak perjanjian dengan Kerajaan Mataram. Asal mula perjanjian itu hanya memuat pasal-pasal mengenai perdagangan, sama sekali tidak menyentuh politik sesuai dengaj tujuan semula VOC. Tapi lama-kelamaan dengan adanya kelemahan di pihak kerajaan, terutama dalam masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono II dan selalu ada pejabat-pejabat Keraton yang jiwanya "mudah dibeli", masuklah unsur-unsur politik yang membuat VOC makin lama makin berkuasa.

Dalam masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono II, yang suatu waktu terus-menerus terjadi perang saudara, tercatat sebagai "pemberontaknya" adalah BPH Mangkubumi. Sesungguhnya pangeran ini berusaha melawan VOC yang makin lama makin menekan para raja.

Di Keraton Surakarta, Susuhunan Paku Buwono II dalam keadaan sakit parah berhasil dipaksa oleh VOC untuk menandatangani perjanjian yang pada pokoknya merupakan "penyerahan Negara Mataram seluruhnya kepada VOC hanya dengan syarat bahwa keturunan Baginda yang memang berhak naik tahta kerajaan menurut garis turun-temurun akan dinobatkan menjadi raja di Mataram dan kepadanya akan diberikan pinjaman Negara Mataram oleh VOC." Dengan terlaksananya perjanjian seperti itu, sesungguhnya tamatlah sudah riwayat Kerajaan Mataram, dan meskipun kemudian masih disebut-sebut pada hakekatnya itu adalah tinggal nama saja. Secara de facto dan de jure sejak itu sesungguhnya Mataram adalah hak VOC.

Ketika berita akan diserahkannya Mataram kepada VOC sampai di telinga Pangeran Mangkubumi, makin menyalalah amarahnya dan ia berniat membebaskan negerinya dari cengkraman VOC. Kehendak ini belum berhasil dilaksanakan ketika Susuhunan Paku Buwono II menyatakan diri turun tahta, dengan maksud mbegawan dan seterusnya memakai gelar Kyahi Ageng Mataram.

Pada waktu Paku Buwono II telah turun tahta dan belum diangkat Sunan berikutnya, Kerajaan Mataram dalam keadaan vakum. Kemudian para pengikut Pangeran Mangkubumi mengangkatnya sebagai Raja Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Paku Buwono juga. Tetapi karena penobatan yang berlangsung pada 11 Desember 1749 itu bertempat di desa Kebanaran, maka untuk selanjutnya Pangeran Mangkubumi lebih dikenal dengan Susuhunan Kebanaran. Walaupun kemudian VOC mengangkat Paku Buwono III dengan akibat timbulnya ketegangan antara dua pihak, VOC itu pula yang mengusulkan untuk "menghentikan perang saudara" dan mengikat sebuah perjanjian.

Usul ini kemudian melahirkan Perjanjian Giyanti, ditandatangani pada 13 Pebruari 1755. Sebuah perjanjian yang pada pokoknya "membelah nagari" atau membelah Negara Mataram menjadi dua bagian. Separuh diperintah oleh susuhunan Paku Buwono III dengan ibukota Surakarta, bagian yang lain dikuasai oleh Susuhunan Kebanaran yang sejak itu berganti gelarnya menjadi Sultan Hamengku Buwono I, dengan ibukota Ngayogyakarta.

Sampai di sini perlu dicatat untuk kesekian kalinya betapa hebatnya peranan yang dipegang oleh para gubernur dalam pemerintahan penjajahan Belanda selama ratusan tahun yang silam. Betapa pandainya pimpinan VOC dan para pimpinan pemerintahan Belanda itu mendalangi perang saudara antara para raja dengan cara menyebarkan benih perpecahan secara terus-menerus. Apabila pada jaman Paku Buwono II Gubernur Van Hohendorff menyukai cara agak keras, Gubernur Hartingh yang mendalangi Perjanjian Giyanti selalu mengambil jalan sebagai "juru selamat" atau "duta pendamai",mainnya halus tetapi penuh kelicikan untuk kepentingan VOC.

Cara Van Hartingh membagi Negara Mataram antara dua orang raja yang masih ada hubungan keluarga ini juga merupakan bukti betapa pandai ia melepaskan umpan, dengan tujuan utama agar selalu saja ada benih pertengkaran, agar antara kedua raja jangan sampai terjadi kerukunan. Misalnya ada daerah-daerah yang dimasukkan sebagai wilayah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, tetapi letaknya terselip di tengah-tengah daerah Surakarta, atau sebaliknya. Tentunya hal seperti ini dalam jalannya pemerintahan sering mempertajam hubungan, dan pada waktu demikian gubernur Belandalah yang akan tampil sebagai pendamai, namun selalu dengan mendapat keuntngan bagi mereka sendiri.

Nama Ngayogyakarta

Bahwa bagian dari Mataram yang dikuasai oleh Hamengku Buwono I diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta, orang bilang ada kisahnya. Maksudnya untuk menghormati suatu tempat bersejarah yaitu Hutan Beringan. Tempat itu pernah merupakan kota kecil yang indah di mana ada istana pesanggrahan, yang dalam sejarah disebut Gardjitawati. Pada jaman pemerintahan Paku Buwono II pasanggrahan ini diberi nama Ngayogya dan dipergunakan sebagai tempat pemberhentian jenazah para raja yang akan dimakamkan di imogiri. Untuk mengabadikan nama itulah ibukota daerah Sultan Hamengku Buwono I diberi nama Yogyakarta.

Soal pemberian nama dan pemilihan tempat untuk ibukota kerajaan di jaman dulu, selalu dipersiapkan secara matang baik lahir maupun bathin. Di jaman raja-raja dulu, membangun Keraton bagi raja selalu diawali dengan penyelidikan seksama mengenai: letak daerahnya, hawa udaranya, kesuburan tanah, keindahannya, keamanannya baik terhadap bencana alam maupun terhadap serangan musuh. Mengingat bahwa Sultan Hamengku Buwono I dalam sejarah selalu dikenal sebagai orang yang pandai serta ahli dalam membangun, tentu juga telah mengadakan pengamatan lahir dan batin sebelum memerintahkan membangun Keraton Yogya sebagaimana yang kita lihat sekarang.

Ambillah contoh bangunan Taman Sari atau Waterkasteel yang terletak di samping barat Keraton. Sepintas lalu tampaknya hanya sebuah tempat istirahat dan hiburan saja. Tetapi barang siapa mau meneliti "istana di atas air" satu-satunya di Pulau Jawa ini, akan menemukan juga di sana jalan-jalan kecil dalam tanah yang menembus ke beberapa jurusan, berbelok-belok sehingga ada yang menembus ke luar kota. Bangunan ini juga dilengkapi dengaj aliran air, dan jika pintu-pintu airnya ditutup maka Seluruh Taman Sari akan berubah menjadi sebuah danau besar, segala yang ada di sekelilingnya akan lenyap dari pemandangan. Dalam keadaan demikian, Keraton dapat dikosongkan dengan mengambil jalan-jalan di dalam tanah.

Jelas di sini pertimbangan dari segi pertahanan dan keamanan telah mendasari pembangunannya. Khusus tentang Taman Sari, berbagai catatan mengatakan bahwa yang membangun adalah seorang berbangsa Portugis. Tetapi gaya Portugis tak dapat ditemukan di dalamnya. Seorang ahli Belanda bernama Prof P.J. Veth dalam bukunya Java telah membantah pendapat tersebut dan menegaskan bahwa Taman Sari benar-benar bangunan bercorak Jawa asli.

Data yang ada menunjukkan bahwa segera setelah Perjanjian Giyanti berlaku, Sri Sultan Hamengku Buwono I menitahkan untuk membangun ibukotanya dengan Keraton sebagai pusat dan permulaan bangunannya. Pembangunan ini dipimpin langsung oleh Raja yang ahli dalam bangunan, sementara ia sendiri memilih bertempat tinggal di Istana Ngambar Ketawang di samping Gunung Gamping, lebih kurang 5 km di sebelah barat ibukota. Pokok dari Keraton yang dibangun ketika itu terdiri dari bangunan-bangunan yang diberi nama berbeda-beda sesuai dengan kepentingannya.

Siapa yang menyangka bahwa hampir 200 tahun kemudian bagian dari Keraton ini dipergunakan untuk kepentingan rakyat banyak? Yaitu ketika atas kehendak Sultan Hamengku Buwono IX mulai dari Pagelaran sampai pada Bangsal Witana dan kanan-kirinya dipakai untuk kepentingan Universitas Negeri Gadjah Mada, perguruan tinggi yang pertama kali dibangun di alam kemerdekaan RI.

*** kembali ke Daftar Isi Tahta Untuk Rakyat ***