Minggu, 15 Juni 2014

Adat Pakaian Suku Badui Indonesia



Kali ini perjalanan saya ditemani pak Ardi yang merupakan warga Badui Dalam. Pak Ardi banyak bercerita seputar adat istiadat suku badui, salah satunya tentang pakaian tradisional mereka.

Ya, aturan adat istiadat suku Badui memunculkan keserasian yang mencolok, salah satunya pada pakaian yang mereka kenakan sehari-hari.
Suku Badui dalam hanya mengenal dua warna untuk pakaian yang melekat pada tubuh mereka. Nampak sederhana, bentuk dan bahan pakaian yang mereka kenakan tampak tidak berbeda aantara yang satu dengan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan pakaiannya, masih ada masyarakat badui yang menenun sendiri untuk membuat pakaian, namun ada pula yang memilih membeli kain dari luar Badui namun dengan bahan yang sejenis, yakni katun.

Pakaian yang mereka gunakan adalah hasil jahit tangan para istri di rumah. Larangan menggunakan mesin jahit untuk membuat pakaian tetap mereka ikuti.

 Untuk laki-laki masyarakat Badui Dalam memakai pakaian lengan panjang yang disebut Jamal Kurung, karena cara memakainya hanya dikurungkan atau dilekatkan di badan. Desainnya sendiri tidak memakai kerah, tanpa kancing, dan tidak memakai kantong pakaian. Sementara bagian bawah memakai  Saping Aros atau kain serupa sarung warna hitam, yang hanya dililitkan pada bagian pinggang agar kuat dan tidak melorot, sarung tadi diikat dengan selembar kain. Pada bagian kepala menggunakan ikat berwarna putih atau yang disebut sebagai telengkung. Telengkung berfungsi sebagai penutup rambut.

Pakaian Badui Dalam yang serba polos itu dapat mengandung makna bahwa kehidupan mereka masih belum terpengaruh budaya luar.
Bagi suku Badui Luar, busana yang mereka pakai adalah baju kamret berwarna hitam, ikat kepalanya juga berwana biru tua dengan corak batik. Potongan bajunya pun sudah menggunakan kantong, kancing dan bahan dasarnya tidak diharuskan dari benang kapas murni.
Cara berpakaian Badui Luar sedikit longgar dibandingkan dengan Badui Dalam.

Aksesoris lainnya yang kerap mengundang perhatian adalah tas kain yang selalu dibawa ke manapun mereka pergi. Tas ini mereka sebut sebagai tas Koja. Isinya mulai dari jas hujan, hingga berbagai souvenir untuk dijual kepada para pengunjung yang mereka temui di kampung.

 Sedangkan busana yang mereka pakai di kalangan wanita Badui Dalam masih mengenakan busana semacam sarung warna biru kehitam-hitaman dari tumit sampai dada.

Namun wanita Badui Luar sudah menggunakan pakaian seperti kebaya dengan lengan panjang dan berkancing pada bagian depan.
Motif baju bagi wanita suku Badui Luar pun beragam dengan warna yang berbeda-beda. Warna, model, maupun corak busana Badui Luar, menunjukan bahwa kehidupan mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar.

sumber : tvri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar